Uang dan persahabatan, dua hal yang seringkali dianggap sebagai dua sisi mata uang yang berbeda. Di satu sisi, uang dapat memberikan kita kebebasan dan kemudahan dalam hidup, namun di sisi lain, persahabatan dapat memberikan kita kebahagiaan dan dukungan yang tidak dapat dibeli dengan uang.
Saya masih ingat saat saya pertama kali dengan teman-teman
tim kreatif untuk mengawal kepemimpinan salah seorang pejabat. Kami semua
berasal dari latar belakang yang berbeda, namun kami semua memiliki satu tujuan
yang sama, yaitu untuk belajar dan menjaga orang baik. Setidaknya dalam
pandangan kami waktu itu.
Saat itu, kami tidak memiliki banyak uang, namun kami
memiliki sesuatu yang jauh lebih berharga, yaitu persahabatan. Kami akan
berbagi makanan, bermain bersama, dan mendukung satu sama lain dalam segala
hal.
Awalnya kami mendedikasikan diri untuk bekerja “lillah”
tanpa keinginan mendapatkan uang dari pekerjaan itu. Dalam perjalanannya, kami
mengetahui bahwa pekerjaan kami rupanya dihargai oleh Pemda dan diberikan
nominal rupiah. (Ah kalimatnya ribet, intinya kami akan diberi honor).
Senang tentu saja. Ini sebuah harapan yang tidak diharapkan.
Namun, disaat itulah dimulai pula drama persahabatan.
Beberapa dari kami mulai memprioritaskan uang daripada
persahabatan. Mereka mulai sibuk menyusun skenario dan drama, entah untuk apa. Mendapatkan
jumlah yang sangat jauh lebih besar daripada yang lain, ataukah ada juga misi
untuk menjadi lebih dekat dengan majikan sekaligus melanggengkan penghasilan.
Gelagat-gelagat aneh merebak di antara kami dengan cerita
dan kisah yang dibangun tidak selaras lagi. Insting reptilians yang terbangun
dalam diri, membuat saya mulai membangun puzzle dari cerita dan kelakuan dari
orang-orang disekitar saya. Susunan puzle itu kemudian saya simpan dalam peti
memori.
Daannnnn.....
Hari naas memang tidak tercatat dalam kalender. Penantian pembayaran
gaji yang lamanya sama dengan Perang Gerilya yang dipimpin oleh Jenderal
Soedirman, akhirnya tiba. Lagi-lagi dipenuhi drama.
Entah apa tujuannya, saya sendiri tidak menerima informasi
tentang cairnya gaji. Sampai kemudian salah seorang memberitahukan jika gaji
yang ditunggu sebenarnya sudah Ia terima dari teman yang menerimanya dari kas
daerah.
Setelah mempertanyakan untuk kedua kali, barulah saya
mendapat kejelasan bahwa gaji saya ditahan. Katanya karena akan dikenakan
pemotongan, lagi-lagi untuk apa pemotongan itu saya tidak tahu.
Sebenarnya, cukup banyak hal yang saya ketahui dari
permainan petak umpet yang teman-teman saya mainkan. Namun, dengan menjunjung
prinsip persahabatan, semua saya simpan.
Saya belajar bahwa uang dan persahabatan tidak harus menjadi
pilihan yang saling eksklusif. Kita dapat memiliki keduanya, namun kita harus
memprioritaskan apa yang paling penting dalam hidup kita.
Saya berharap bahwa cerita saya dapat menjadi pengingat bagi
kita semua tentang pentingnya persahabatan dalam hidup kita. Uang dapat
memberikan kita kebebasan dan kemudahan, namun persahabatan dapat memberikan
kita kebahagiaan dan dukungan yang tidak dapat dibeli dengan uang.
Komentar
Posting Komentar